Rabu, 04 April 2012

Gangguan Ereksi

Gangguan Ereksi adalah salah satu penyakit yang paling menakutkan bagi para lelaki dewasa. Gangguan Ereksi adalah ketidakmampuan mencapai atau mempertahankan ereksi penis yang memadai untuk melakukan hubungan seksual yang memuaskan, atau yang disebut disfungsi ereksi.
Pembentukan plak aterosklerosis akibat kolesterol tinggi dapat terjadi pada pembuluh darah  penis (penyumbatan pada arteri dorsalis penis) sehingga menyebabkan penis tidak mendapatkan aliran darah yang cukup untuk ereksi.
Kontrol Kolesterol Anda dan pertahankan hubungan seksual yang memuaskan.
Diabetes Melitus atau Kencing Manis adalah keadaan dimana kadar gula darah melebihi batas normal.

Anatomi Penis

Penis merupakan organ berbentuk silinder yang terdiri atas 3 buah tabung yaitu :
-  2 buah tabung yang disebut dengan Corpus Cavernosum
-  1 buah tabung yang disebut dengan Corpus Spongiosum
Corpus Cavernosum dan Spongiosum merupakan tabung berongga yang dapat terisi darah pada saat penis mengalami ereksi. Pada Korpus Spongiosum terdapat uretra yang berfungsi untuk mengalirkan urin dan cairan mani.

Organ Pembentuk Sperma

  • Testis (buah zakar) :
    –       Produksi sel spermatozoa, hormon testosteron
  • Vesicula seminalis (gelembung mani) :
    –       Produksi cairan mani, berfungsi sebagai media perjalanan sel spermatozoa
    –       mengandung nutrisi untuk spermatozoa
  • Kelenjar prostat :
    –       Produksi cairan dengan fungsi sama dengan cairan mani
    –       Pembesaran prostat menyebabkan retensi urin

Organ Penyalur Sperma

  • Epididimis :  Berasal dari testis
  • Vas Deferens : Lanjutan epididimis dan bermuara di uretra bagian prostat
  • Uretra :  menyalurkan sperma keluar tubuh

Penis merupakan organ erektil yang berfungsi untuk melakukan hubungan seksual. Proses ereksi terdiri atas beberapa fase sebagai berikut :

Proses Ereksi

  • Rangsangan saraf simpatis à otot polos berkontraksi à Penis dalam keadaan Flaksid
  • Rangsangan parasimpatis à otot polos relaksasi à aliran darah ke penis meningkat à trabekula penis terisi darah à penis mengeras
  • Pengerasan penis à vena terjepit à vena oklusi
  • Aliran darah masuk > aliran darah keluar à penis kaku (rigid)
  • Kontraksi otot pelvis disekitar akar penis akan mengurangi aliran darah keluar dan meningkatkan rigiditas penis
Sedangkan fase-fase ereksi dapat dijelaskan sebagai berikut :

Fase Ereksi

Flaksid --> Laten (Pengisian) --> Tumesensi --> Ereksi penuh --> Ereksi cepat / rigid --> Detumesensi
Flaksid : Aliran darah arteri minimal
Laten (Pengisian) : Aliran darah arteri meningkat, penis mengalami elongasi, tekanan intrakavernosa tetap
Tumesensi : Tekanan intrakavernosa meningkat cepat, aliran darah arteri berkurang, penis menjadi memanjang dan elongasi
Ereksi Penuh : Tekanan intrakavernosa meningkat ± 90% tekanan sistolik
Ereksi Cepat : Otot iskiokavernosa dan bulbokavernosa berkontraksi, tekanan intrakavernosa meningkat di atas tekanan sistolik, penis kaku
Detumesensi : Setelah ejakulasi, otot polos berkontraksi, aliran arteri menurun, aliran vena meningkat, penis melemas
Paradigma Baru Disfungsi Ereksi, Menuju Aktivitas Seksual yang Memuaskan
Definisi Disfungsi Ereksi berdasarkan NIH (National Institute of Health) menyatakan bahwa Disfungsi Ereksi adalah suatu keadaan yang ditandai dengan ketidakmampuan seseorang untuk mencapai dan mempertahankan ereksi yang cukup untuk melakukan aktivitas seksual yang memuaskan. Kualitas ereksi sangat berperan terhadap aktivitas seksual yang memuaskan.
Prevalensi
Angka kejadian Disfungsi Ereksi adalah sebesar 13 hingga 28% pria usia 40 hingga 80 tahun di seluruh dunia. Angka ini diprediksi akan meningkat yaitu sebesar 300  juta pria pada tahun 2025. Di Asia Tenggara sendiri angka kejadian Disfungsi Ereksi adalah sebesar 28,1%.
Disfungsi ereksi dapat ditentukan dengan mengukur tingkat keras / tidaknya ereksi dengan menilai derajat ereksi yang digolongkan sebagai berikut :
  1. DE berat (ereksi derajat 1)
    Penis membesar tetapi tidak keras
  2. DE sedang (ereksi derajat 2)
    Penis keras tetapi tidak cukup untuk melakukan penetrasi
  3. DE ringan (ereksi derajat 3)
    Penis keras dan dapat melakukan penetrasi tetapi tidak benar-benar keras
  4. Tidak DE (ereksi derajat 4)
    Penis benar-benar kaku dan keras
      Penyebab dari DE bisa disebabkan karena :
      Sebab Psiklogenik
      • Cemas
      • Depresi
      • Kelemahan
      • Rasa bersalah
      • Stress
      • Perkawinan bermasalah
      • Konsumsi alkohol berlebihan
      Sebab Organik
      • Penyakit kardiovaskular
      • Diabetes mellitus
      • Pembedahan usus besar, kandung kemih, prostat
      • Sebab neurologis
      • Priapismus
      • Gangguan hormonal
      Sebab lain :
      • Cedera sumsung tulang belakang: 5% - 80%
      • Pembedanan panggul dan saluran kemih serta radiasi
      • Penyalahgunaan zat
      • Alkohol: > 600 ml / minggu
      • Merokok dapat meningkatkan faktor risiko lain
      • Obat-obatan kurang lebih 25% dari kasus DE
      • Bersepeda
      Mengapa DE penting?
      • DE merupakan gejala awal penyakit  pembuluh darah
      • Banyak pria yang hanya peduli pada DE yang diderita saat ini dibandingkan dengan resiko terkena penyakit jantung (infark miokard) dan stroke di masa datang 
      • DE erat kaitannya dengan depresi
      • DE dapat menyebabkan stress pada diri sendiri maupun dalam hubungan antar personal
      Kondisi medis umum yang sering ditemukan bersamaan dengan disfungsi ereksi  adalah :
      • Diabetes 
      • Depresi
      • Penyakit pembuluh darah tepi
      • Kolesterol tinggi 
      • Jantung koroner
      • Tekanan darah tinggi 
      • Operasi atau cedera di daerah panggul
      • Gangguan hormonal. Seperti rendahnya kadar testosterone. Tapi secara umum rendahnya kadar hormone pria yang biasanya terjadi pada usia lanjut lebih berhubungan dengan rendahnya gairah seksual (libido).
      • Beberapa obat-obatan. Penggunaan beberapa jenis obat dapat menyebabkan disfungsi ereksi. Seperti : anti-depresi, anti-kecemasan, obat tidur, obat penurun darah tinggi dan anti-angina, penurun kolesterol dan anti-diabetes.
      Pengobatan DE
      Pengobatan DE telah banyak dilakukan sejak dulu namun sebagian besar pengobatan adalah pengobatan invasif artinya pengobatan yang memerlukan tindakan sehingga mengakibatkan rasa kurang nyaman bagi pasien. Saat ini sudah tersedia terapi non invasif. Pengobatan tersebut antara lain :
      Terapi non-invasif:
      •  Eliminasi faktor resiko yang dapat berubah
      •  Konsultasi / psikoterapi
      •  Obat-obatan
      •  Alat konstriksi vakum ( VCD )
      Terapi invasif:
      •  Obat-obat intra uretral
      •  Injeksi intra-kavernosal
      •  Implantasi prostesis penis
      •  Bedah vaskuler
      Referensi :
      1. Mc Vary KT, NEJM 2007;357(24):2472-2481
      2. Feldman HA et al,J Urol 1994;151:54-61
      3. Padma-Nathan, Int J Imp Res 2006;18:423-431

      0 komentar:

      Posting Komentar